genkepo.com – Ahmad Zuhdi, seorang guru Madrasah Diniyah di Demak, Jawa Tengah, menolak untuk menerima kembali uang denda sebesar Rp 12,5 juta dari wali murid berinisial SM. Penolakan ini bermula saat SM dan keluarganya mendatangi kediaman Zuhdi untuk meminta maaf dan mengembalikan uang tersebut pada Sabtu (19/7/2025).
Zuhdi menyatakan dengan tegas, ‘Saya ikhlas, apa yang keluar sudah,’ menunjukkan bahwa ia sudah memaafkan pihak-pihak yang terlibat dalam dugaan tuduhan terhadapnya.
Kunjungan SM dan Rombongan
Kedatangan SM ke rumah Zuhdi disertai oleh anaknya, siswa berinisial D, dan beberapa anggota keluarga lainnya. Mereka ingin meminta maaf atas peristiwa sebelumnya serta mengembalikan uang denda yang telah dibayarkan.
Selama percakapan tersebut, Zuhdi meminta Kepala Desa Cangkring B, Zamharir, untuk bertindak sebagai mediator. Dalam pertemuan itu, Zuhdi mengungkapkan bahwa ia telah belajar dari kejadian tersebut dan ingin mencegah terjadinya konflik lebih lanjut.
Zamharir turut menjelaskan sikap Zuhdi yang sudah memaafkan tanpa harus menunggu permohonan maaf. ‘Tanpa meminta maaf, Pak Zuhdi sudah memberikan maaf,’ ujarnya, menegaskan sikap pemaafan Zuhdi.
Respon dari Pihak SM
Di tengah situasi ini, SM memilih untuk tidak memberikan banyak tanggapan dan membiarkan pembicaraan diwakili oleh paman siswa D, Sutopo. Ia mengungkapkan niat baik dari pihak SM untuk memperbaiki hubungan yang sempat tegang.
‘Bu SM meminta maaf kepada Bapak Zuhdi, kalau ada langkah salah, perkataan salah,’ kata Sutopo, menekankan pentingnya pembelajaran dari pengalaman ini.
Sutopo juga memberikan simpati terhadap keputusan Zuhdi yang mengikhlaskan denda tersebut, menciptakan suasana saling menghormati meskipun sebelumnya sempat terjadi ketegangan.
Makna Pengikhlasan dalam Pendidikan
Tindakan pengikhlasan yang ditunjukkan oleh Zuhdi menjadi refleksi penting dalam dunia pendidikan. Dalam banyak kasus, komunikasi yang baik dan saling pengertian dapat mendamaikan perbedaan yang ada.
Kepala Desa Zamharir menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik antara guru dan wali murid, serta mengingatkan SM untuk tidak memberikan tuduhan negatif kepada Zuhdi. Hal ini menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang makna pengertian dan toleransi dalam lingkungan pendidikan.
Peristiwa ini mengingatkan kita semua akan pentingnya dialog terbuka antara orang tua dan pendidik untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat berujung pada konflik yang tidak perlu.